Kamis, 13 November 2014

Legenda Gunung Sindoro dan Sumbing




            Pasti kita semua tau gambar yang melegenda ini. Dua buah gunung yang ditengahnya ada jalan raya yang kiri-kanan nya adalah hamparan sawah. Ini ternyata bukan hanya gambar asal-asalan dari anak TK yang baru belajar gambar J . Ini nyata ada di alam, tepatnya di gunung Sindoro dan Sumbing. Sebuah lukisan alam yang indah J. Gunung Sindoro dan Sumbing pun tidak lepas dari cerita legenda dan mitos yang berkembang dimasyarakat sekitar.
            Ini hanya mitos, namun semua itu yang terjadi kini telah menjadi cagar budaya bangsa yang  luar biasa nilainya di tanah air ini, Indonesia. Inilah sepenggal kisah asal muasanya Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
            Mitos berawal dari kisah hiduplah sepasang suami istri yang ditemani oleh dua orang anak laki-laki. Mereka hidup sebagai seorang petani, yang hidupnya selaras dengan ritme alam pedesaan.
            Pagi diawali dengan mencangkul, bercocok tanam. Siang, selepas sepenggal sinar matahari, istirahat sejenak. Sore menjelang, tiba saatnya untuk pulang ke rumah. Demikian roda dinamika kehidupan setiap hari, nyaris tanpa perubahan. Akan halnya kedua anaknya, mereka selalu bertengkar sepanjang hari. Perilaku anak-anak yang sebenarnya hampir kita jumpai dalam setiap keluarga.
            Karena mereka berdua selalu terlibat dalam pertengkaran, suatu ketika, kesabaran sang ayah melebihi batas. Akhirnya anak yang kedua terkena pukulan tangan ayah, mengakibatkan bibirnya robek (dalam bahasa setempat disebut “sumbing”). Hingga kini kedua anak tersebut diabadikan sebagai nama gunung Si(ndoro) dan Si(sumbing).
            Ndoro adalah julukan kepada seseorang karena sikap santun, bijaksana dan selalu melindungi. Adapun sumbing diberikan kepada anak yang nomor dua karena tingkahnya. Gunung Sumbing bila dilihat dari sisi timur atau barat akan terlihat bagian tengah robek, melengkung ke bawah.



            Akan tetapi tidak sampai disitu kisah dan keunikan asal muasalnya Gunung Sumbing dan Sindoro. Disisi lain belum lama ini sebuah media cetak nasional melansir tentang penemuan yang sangat misteri di Gunung Sindoro.
            Selama ini belum diketemukan bekas bangunan-bangunan kuno atau lebih tepatnya kompleks pemukiman penduduk kerajaan, penemuan ini berhasil diamati oleh tim ekspedisi dari lembaga pengamatan gunung nasional.
Pada penggalian dengan kedalaman 15 meter di bawah permukaan tanah ditemukan lokasi perkampungan yang ada pada masa kerajaan Mataram Kuno sekitar abad ke 8 Masehi.
            Lokasi pemukiman penduduk ini terletak di dusun Liyangan, Desa Purbosari,Temanggung-Jateng. Pemukiman penduduk ini terkubur oleh material vulkanik gunung Sindoro ketika meletus dengan sangat dahsyat pada abad ke 9 Masehi. Selanjutnya kita ketahui dari sejarah, bahwa kerajaan Mataram yang semula berada di kaki gunung Sindoro ini berpindah ke daearah Yogyakarta atau tepatnya di kompleks Candi Prambanan - Ratu Baka atau kawasan yanvg terletak di kaki gunung Merapi.
            Di kelak kemudian hari ternyata tempat ini pun dirasa kurang aman dari ancaman bencana alam. Menurut Bemelem, Merapi pernah meletus pada tahun 1006 yang memporak-porand akan kerajaan Mataram hingga akhirnya berpindah ke Jawa Timur yang dirasa lebih aman. Selanjutnya muncul kerajaan Singosari, Kediri, Majapahit dan pada abad ke 15 kembali lagi ke wilayah Jawa Tengah dengan munculnya kerajaan Mataram Baru yang beragama Islam oleh Panembahan Senopati dan Sultan Agung. Hingga saat ini sisa kerajaan itu masih hidup serperti nampak di kraton Ngayogyakartaha diningrat, Pakualaman, kasultanan Surokartohading ingrat, Mangkunegaran.

(sumber : Kompas & legenda-daerah.blogspot.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar