Pasti kita semua tau gambar yang melegenda ini. Dua buah
gunung yang ditengahnya ada jalan raya yang kiri-kanan nya adalah hamparan
sawah. Ini ternyata bukan hanya gambar asal-asalan dari anak TK yang baru
belajar gambar J . Ini nyata ada di alam, tepatnya di
gunung Sindoro dan Sumbing. Sebuah lukisan alam yang indah J. Gunung Sindoro dan
Sumbing pun tidak lepas dari cerita legenda dan mitos yang berkembang
dimasyarakat sekitar.
Ini hanya mitos, namun semua itu yang terjadi kini telah
menjadi cagar budaya bangsa yang luar
biasa nilainya di tanah air ini, Indonesia. Inilah sepenggal kisah asal
muasanya Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Mitos berawal dari kisah hiduplah sepasang suami istri
yang ditemani oleh dua orang anak laki-laki. Mereka hidup sebagai seorang
petani, yang hidupnya selaras dengan ritme alam pedesaan.
Pagi diawali dengan mencangkul, bercocok tanam. Siang,
selepas sepenggal sinar matahari, istirahat sejenak. Sore menjelang, tiba
saatnya untuk pulang ke rumah. Demikian roda dinamika kehidupan setiap hari,
nyaris tanpa perubahan. Akan halnya kedua anaknya, mereka selalu bertengkar
sepanjang hari. Perilaku anak-anak yang sebenarnya hampir kita jumpai dalam
setiap keluarga.
Karena mereka berdua selalu terlibat dalam pertengkaran,
suatu ketika, kesabaran sang ayah melebihi batas. Akhirnya anak yang kedua terkena
pukulan tangan ayah, mengakibatkan bibirnya robek (dalam bahasa setempat
disebut “sumbing”). Hingga kini kedua anak tersebut diabadikan sebagai nama
gunung Si(ndoro) dan Si(sumbing).
Ndoro adalah julukan kepada seseorang karena sikap
santun, bijaksana dan selalu melindungi. Adapun sumbing diberikan kepada anak
yang nomor dua karena tingkahnya. Gunung Sumbing bila dilihat dari sisi timur
atau barat akan terlihat bagian tengah robek, melengkung ke bawah.
Akan tetapi tidak sampai disitu kisah dan keunikan asal
muasalnya Gunung Sumbing dan Sindoro. Disisi lain belum lama ini sebuah media
cetak nasional melansir tentang penemuan yang sangat misteri di Gunung Sindoro.
Selama ini belum diketemukan bekas bangunan-bangunan kuno
atau lebih tepatnya kompleks pemukiman penduduk kerajaan, penemuan ini berhasil
diamati oleh tim ekspedisi dari lembaga pengamatan gunung nasional.
Pada penggalian dengan kedalaman 15 meter di bawah permukaan tanah ditemukan lokasi perkampungan yang ada pada masa kerajaan Mataram Kuno sekitar abad ke 8 Masehi.
Pada penggalian dengan kedalaman 15 meter di bawah permukaan tanah ditemukan lokasi perkampungan yang ada pada masa kerajaan Mataram Kuno sekitar abad ke 8 Masehi.
Lokasi pemukiman penduduk ini terletak di dusun Liyangan,
Desa Purbosari,Temanggung-Jateng. Pemukiman penduduk ini terkubur oleh material
vulkanik gunung Sindoro ketika meletus dengan sangat dahsyat pada abad ke 9
Masehi. Selanjutnya kita ketahui dari sejarah, bahwa kerajaan Mataram yang
semula berada di kaki gunung Sindoro ini berpindah ke daearah Yogyakarta atau
tepatnya di kompleks Candi Prambanan - Ratu Baka atau kawasan yanvg terletak di
kaki gunung Merapi.
Di kelak kemudian hari ternyata tempat ini pun dirasa
kurang aman dari ancaman bencana alam. Menurut Bemelem, Merapi pernah meletus
pada tahun 1006 yang memporak-porand akan kerajaan Mataram hingga akhirnya
berpindah ke Jawa Timur yang dirasa lebih aman. Selanjutnya muncul kerajaan
Singosari, Kediri, Majapahit dan pada abad ke 15 kembali lagi ke wilayah Jawa
Tengah dengan munculnya kerajaan Mataram Baru yang beragama Islam oleh
Panembahan Senopati dan Sultan Agung. Hingga saat ini sisa kerajaan itu masih
hidup serperti nampak di kraton Ngayogyakartaha diningrat, Pakualaman,
kasultanan Surokartohading ingrat, Mangkunegaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar