“Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.”. (QS. Al-Ahzab [33] : 70).
Dari
penggalan ayat diatas menunjukkan Islam sangat mengutamakan kejujuran. Banyak
manusia, terutama pencinta lingkungan hidup merasa sedih melihat punah nya
hutan termasuk hutan lindung, mulai langakanya berbagai jenis binatang dan
tanaman yang menopang kelestarian lingkungan. Untuk itu telah dilakukan
berbagai usaha untuk memperbaiki keadaan ini, LSM, perorangan dan yang lainnya
dengan tenaga dan dana yang tidak sedikit.
Tapi
tidaklah kita sadari bahwa ada sesuatu yang sangat kita butuhkan dalam hidup
ini yang juga sudah mulai langka kalau belum bisa dikatakan punah yaitu jujur
dan kejujuran. Kita kadang bertanya dimana kita bisa menemukan kejujuran,
sungguh amatlah sulit. Padahal, sebenarnya setiap orang membutuhkan jujur dan
kejujuran. Termasuk orang yang suka menipu. Orang-orang yang suka menipu
sekalipun tidak ada yang suka ditipu atau dibohongi.
Sungguh
kejujuran adalah suatu yang terpuji. Kita sulit untuk membayangkan bagaimana
keburukan dan malapetaka akan muncul jika kejujuran telah betul-betul punah
dalam masyarakat. Jika seorang pemimpin tidak jujur kepada bawahannya, seorang
suami tidak jujur pada istrinya atau sebaliknya, jika seorang anak tidak jujur
kepada kedua orang tuanya sungguh kehancuran akan menimpa kehidupan masyarakat.
Keutamaan Berlaku Jujur
Sungguh
sangatlah banyak keutamaan berlaku jujur, diantaranya adalah :
- Sebagai bukti ketaatan kepada Allah
- Sungguh kejujuran adalah salah satu yang membedakan orang mukmin dan orang munafik.
- Jujur akan memberikan ketenangan.
- Kejujuran akanmengantarkan seseorang masuk surga.
Rasulullah
bersabda, ‘Alaikum bishshidqi, fainna
shidqa yahdi ilal birri. Wa innal birra yahdi ilal jannati. Wamaa yazaalu
rajulun yashduqu wa yatasharaash shidqa hatta yuktaba ‘indallahi shiddiqan’,
kalian haruslah berlaku jujur karena sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing
kepada kebaikan. Dan kebaikan akan membimbing ke surga. Seseorang yang
senantiasa jujur dan memelihara kejujuran maka ia akan dicatat sebagai orang
yang jujur di sisi Allah”. (Mutafaq’alaih).
Sumber : Buletin Da’wah, Dewan Dakwah Islamiyah No.12 Tahun XLI, 19
Jumadil Awwal 1435 H (21 Maret 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar